SEKOLAH ALAM GAHARU
  • Home
  • PROFIL SAG
    • SEJARAH SAG
    • Visi dan Misi
    • NILAI-NILAI IHSAN
  • JENJANG PENDIDIKAN
    • DAYCARE & PLAY GROUP
    • RAUDHATUL ATHFAL
    • MADRASAH IBTIDAIYAH
    • KURIKULUM INTI
  • LITERASI
    • Guru Menulis >
      • Kualitas Bertemu
      • Muara Kebaikan
      • Kisah soal Matematika No.10
      • Kunjungan Pertama Kami ke Perpustakaan Cordoba
      • Pembelajaran Bermakna: Halal dan Thayyib Food
  • SERU DI GAHARU
    • PROGRAM QIRA'ATI
    • PROGRAM OUTBOUND
    • PROGRAM FARMING
    • PROGRAM LITERACY
    • Virtual Exhibition
    • GO PRODUCT
  • Kontak
  • Info PSB 2020-2021
  • Berita
  • Blog
  • kalendar 2022
  • Home
  • PROFIL SAG
    • SEJARAH SAG
    • Visi dan Misi
    • NILAI-NILAI IHSAN
  • JENJANG PENDIDIKAN
    • DAYCARE & PLAY GROUP
    • RAUDHATUL ATHFAL
    • MADRASAH IBTIDAIYAH
    • KURIKULUM INTI
  • LITERASI
    • Guru Menulis >
      • Kualitas Bertemu
      • Muara Kebaikan
      • Kisah soal Matematika No.10
      • Kunjungan Pertama Kami ke Perpustakaan Cordoba
      • Pembelajaran Bermakna: Halal dan Thayyib Food
  • SERU DI GAHARU
    • PROGRAM QIRA'ATI
    • PROGRAM OUTBOUND
    • PROGRAM FARMING
    • PROGRAM LITERACY
    • Virtual Exhibition
    • GO PRODUCT
  • Kontak
  • Info PSB 2020-2021
  • Berita
  • Blog
  • kalendar 2022

guru Menulis

Guru menulis merupakan program literasi bagi fasilitator sekolah alam gaharu untuk menyimpan kisah dan kegiatan anak-anak dalam bentuk tulisan 

Kualitas Bertemu 

Picture

​Banyak kisah yang sudah saya lalui saat mengajar, tetapi kisah yang satu ini rasanya ingin saya bagikan dari dulu. Kisah ini saya alami waktu awal-awal saya memutuskan untuk menjadi seorang guru yang sebenarnya melenceng dari ilmu yang saya pelajari saat kuliah.

Tahun ajaran 2015-2016 kisah ini terjadi saat saya baru bergabung di Sekolah Alam Gaharu, kebetulan saat itu saya juga bergabung menjadi pengajar Qiraati di Nun Learning Center- saudara tuanya Gaharu- yang menyebabkan saya tidak pulang ke rumah karena jarak yang cukup jauh, maka saya sering dititipi anak yang after school selepas guru after school pulang. Saat itu terdapat program after school yaitu program pasca sekolah bagi murid Gaharu yang belum bisa pulang ke rumah karena orangtua mereka pulang bekerja di sore atau malam hari.

Murid after school adalah anak-anak yang tangguh, mereka selalu riang gembira ada di sekolah bahkan hingga malam hari! Rafa Vikratama Albana, itulah namanya. Rafa adalah salah satu murid Gaharu yang mengikuti program after school, mengapa Rafa menjadi begitu istemewa? Rafa adalah murid after school yang hampir selalu pulang hingga malam! Tetapi tidak pernah melihat ataupun mendengar keluhan darinya.

Suatu hari Rafa dijemput telat, saat itu hujan deras, saya pun menemani Rafa menunggu orangtuanya menjemput, sambil menonton film kartun shark di laptop. Kemudian saya bertanya, apa pekerjaan orangtua Rafa, Rafa menceritakan bahwa ayah dan ibunya mengurus sebuah rumah makan di kawasan Batununggal, saat itu saya pikir Rafa tidak akan menjawab karena bete belum dijemput, tapi ternyata tidak, Rafa masih dapat bercerita dengan antusias.
Waktu Isya telah tiba, hujan masih deras dan belum ada tanda-tanda akan mereda dengan segera, Rafa masih dengan saya menonton kartun dan masih bercakap-cakap. Banyak kisah yang Rafa bagi. Mulai dari kisah bahwa dia senang bersekolah, kakanya yang sedang mondok di pesantren hingga ia bercerita bahwa setelah selesai TK/RA di Gaharu ia pun akan mondok di pesantren.

Cerita Rafa terhenti ketika suara klakson motor berbunyi, sontak Rafa langsung berdiri dari kursi dan berteriak "Ayaaaaaah", saya pun refleks mengikuti. Saat itu Ayah dan Ibu Rafa datang dengan wajah yang sumringah walaupun basah karena hujan yang menderas.

Saat mendekat kepada orangtuanya, tidak ada unsur kemanjaan dalam diri Rafa, walaupun Rafa sempat melepaskan pertanyaan, "kenapa jemputnya telat?" orangtuanya pun menjelaskan bahwa karena hujan deras jalanan pun tergenang dan menyebabkan jalanan macet, Rafa menerima alasan tersebut dan tidak banyak mengeluh.
Hujan masih juga deras, tetapi Rafa harus tetap pulang, setelah Rafa memakai jas hujan mereka pun segera bergegas. Motor segera di gas, Rafa dan orangtuanya pun pergi dengan lekas.

Terlintas di benak, kenapa Rafa begitu tangguh, tak pernah mengeluh, tak protes dan walaupun hanya bertemu sebentar dengan orangtua, Rafa masih terlihat dekat dan akrab dengan orangtuanya.

Saya pun teringat dulu ketika akan mendaftarkan sekolah ayah. Rafa dan kakaknya yang juga alumni Gaharu terlihat sangat akrab dan santai, saat itu saya belum tahu ternyata Rafa dan orang tuanya punya sedikit waktu untuk bertemu.
Oh, mungkin inikah yang dinamakan kualitas bertemu? Bukan Seberapa sering dan lama kita bertemu dan berkumpul dengan keluarga, tapi ada kualitas yang membuat berbeda dan mengena sehingga kedekatan dan keterikatan sebagai keluarga terjalin.

Kontributor : Pak Rizal Hasrul Sidik

Muara Kebaikan 

Picture

​Ini merupakan sepenggal kisah tahun pertama saya mengajar di Sekolah Alam Gaharu. Saya langsung ditempatkan di kelas MI 4 yang saat itu bernama MI 4 damdaman dan dipasangkan dengan partner dengan etos kerja yang sangat tinggi, yaitu Bu Tria. Belum genap satu tahun saya berada di sini, pandemi sudah menyapa. Pembelajaran pun beralih menjadi daring. Meskipun pertemuan tatap muka lebih menyenangkan daripada harus bertemu secara virtual melalui grup whatsapp, kami tetap menjalaninya dan menikmatinya.

Karena tidak semua orang tua bisa mendampingi ketika jadwal belajar daring, maka sekolah memfasilitasi untuk mengadakan kelas review yang diadakan malam hari. Tujuannya agar teman-teman kecil yang tidak hadir belajar daring di siang hari, tetap bisa mengikuti pembelajaran. Di kelas review, selain membahas materi yang dipelajari siang hari, kami juga melakukan refleksi pembelajaran pada hari tersebut. Hari itu adalah hari jumat, secara terjadwal kami melakukan Ganbatte atau Girls and Boys Talk yang biasanya membahas hal-hal seputar topik remaja.  Karena metodenya klasikal tidak dipisah sesuai gender, maka bahasan kali ini bersifat umum. Maka kupilih untuk membahas kisah salah satu tabiin, yaitu ibnu Sirrin.
Setelah link video dikirim pada siang hari, malamnya selepas isya, kami merefleksikan kisah Ibnu Sirrin. Metode refleksi yang dipilih adalah dengan menggunakan quiz review. Merasa terharu dengan jawaban teman-teman MI 4 ketika kuis berlangsung. Meskipun online, teman-teman tetap mengikuti pembelajaran dengan baik, dan saya pun terpukau dengan daya tangkap dan pemahaman teman-teman MI 4 ini yang sangat mendalam.  Sebutlah MI 4 ini adalah angkatannya Ula, Hanin, Iman, Allya dan kawan-kawannya yang sekarang sudah ada di kelas 6.

Saat kuis review berlangsung, saya memantik mereka dengan pertanyaan klise nan sederhana, “apa pelajaran yang bisa diambil dari kisah ibnu Sirrin?”.  Sekilas saja ya tentang ibnu sirrin. Ibnu Sirrin adalah tabiin- murid dari sahabat nabi yang menjadi úlama besar. Suatu hari dia membeli madu segentong besar, jika dikonversikan sekitar 250 kg madu. Madu itu dimaksudkan untuk dijual kembali. Namun pada suatu malam, ia lupa untuk menutup gentong madu tersebut. Akibatnya ada seekor tikus yang masuk ke gentong yang berisi madu tersebut. Karena Ibn Sirrin bersifat wara atau berhati-hati, ia buang segentong madu tersebut ke aliran sungai. Ia tidak bisa menjual madu yang sudah terkontaminasi bakteri yang dibawa oleh tikus tersebut. Maka ketika orang yang menitipkan madu untuk dijual ibn Sirrin ini menagih bayaran madu yang sudah jatuh tempo tersebut, Ibn Sirrin tidak mampu membayarnya. Ia mengadukan pada hakim, dan singkat cerita karena ia tak mampu membayar, ia pun dipenjarakan. Sebetulnya petugas hukum memberi keringanan agar Ibn Sirrin tidur di rumah keluarganya dan makan disana, namun karena ia  merasa harus membayar kesalahan serta utangnya dan ia lebih takut akan hukuman akhirat, ia pun tetap memilih di penjara dan ia semakin dekat dengan Allah dan meminta jalan keluarnya hanya pada Allah, sekalipun petugas-petugas hukum itu memberinya keringanan. Berita Ibnu Sirrin ini tersiar di seluruh Bagdad. Atas gerakan peduli dari masyarakat Bagdad, mereka mengumpulkan uang untuk membayarkan utang Ibn Sirrin.  Akhirnya Ibn Sirrin bebas dari penjara.

Setelah pertanyaan kuis review itu dilontarkan, cukup banyak teman-teman yang berpartisipasi untuk menjawabnya. Ada yang mengetik, “kita belajar dari Ibn Sirrin untuk menerima keadaan apapun dengan bersabar” adapula yang menjawab dengan  uraian yang lugas “Ibn Sirrin sudah berusaha bertaqwa pada Allah dengan jujur akan keadaan dagangannya, meskipun konsekuensinya di penjara karena merugi dan tidak mampu membayar kerugiannya, namun allah memberikan  jalan keluarnya karena ibn Sirrin bertaqwa”. Ada pula anak yang merefleksikan kisah itu dengan kalimat “tidak ingin menjerumuskan diri ke neraka dan takut akan hari penghisaban”. Saya sebagai fasilitator yang hanya memandu refleksi merasa terharu dengan jawaban yang menurut saya sangat dalam. Melebihi dugaan saya yang sepertinya mereka akan menjawab  “tentang berdagang dengan jujur”. Ternyata jawaban sekenanya mereka dapat saya simpulkan, semua nilai ; jujur, sabar dalam menerima takdir dari Allah, sayang diri sendiri agar tidak terjerumus ke neraka adalah nilai-nilai kebaikan yang bermuara pada taqwa, derajat tertinggi yang dicapai oleh seorang muslim. Sehingga kisah dan refleksi dengan teman-teman MI 4 tentang Ibnu Sirrin dan madunya mengingatkan saya pada perkataan Allah di QS At Talaq ayat 2-3 “Siapapun yang bertaqwa (yang sadar akan Allah) maka akan disediakan jalan keluar (dari setiap persoalan)  dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka.“

Kontributor : Bu Syifa Tsaniati

Kisah Soal Matematika No.10


​“kenapa lele ada di kolam berenang dan bentuknya seperti orang?”
Pertanyaan yang terlontar dari Kevin ketika sesi diskusi. Sontak saja murid lain tertawa terpingkal-pingkal sementara saya masih belum faham pertanyaan dari kevin. Singkat cerita, saya berkunjung ke kelas Kevin untuk kedua kalinya pada jam pemantapan. Karena memang di MI Sekolah Alam gaharu khususnya kelas 5 dan 6 ada program pemantapan dan sesekali saya masuk kelas hanya untuk menyapa atau sedikit diskusi dengan mereka.

Pada hari kamis, kami membahas soal literasi numerasi. Literasi numerasi merupakan soal logika matematika yang lebih bernarasi sehingga sangat perlu kemampuan literasi yang baik untuk memahami soal dan kemampuan logika untuk mencari solusi, model yang sangat baik menurut saya. Beberapa murid menyambut baik model soal seperti ini. “soal ini membuat otaku berpikir dengan sibuk” kata Ahsan. Kemudian ada juga yang berkata soalnya seru tapi aku kurang mengerti sambil menyeringai memegang kepalanya yang mungkin sudah cenat cenut membaca soal yang panjang. Beragam tanggapan para siswa menyemarakan diskusi kami saat itu.

Saat itu saya mencoba membangkitkan kefokusan mereka dengan meminta untuk membaca soal dengan pelan-pelan dan difahami maksudnya. Terlihat wajahnya lekat menatap soal dan bibir mereka mulai komat kamit membaca kata demi kata dan diakhiri dengan kalimat yang kompak seperti sudah janjian saja mereka ini. Mereka kompak berkata “Aku sudah selesai” saling bersautan satu sama lain.

Ahhh iya, soal demi soal kita kerjakan bersama sampai akhirnya kita sampai pada soal yang membuat mereka tertawa terpingkal-pingkal. Soal itu adalah soal no. 10, kebiasaan saya sebelum memasuki sebuah soal adalah mengajak mereka untuk membayangkan benda atau situasi yang lebih dekat dengan mereka. Di Sekolah, kami memiliki beberapa kolam ikan dimana ada lele yang dibudidayakan. Sehingga sayapun mengajak teman- teman untuk membayangkan ada kolam ikan lele yang berbentuk persegi panjang dan kemudian mengajak mereka berfikir berapa kira-kira luas kolam tersebut dan mulai masuk ke rumus perhitungan luas yaitu panjang dikali lebar. Sampai disitu, siswa mengikuti jalan ceritanya dan bisa menarasikan keadaan kolam dan area sekitarnya. Saya fikir sudah waktunya untuk masuk ke dalam soal no.10, belum sempat saya menunjuk siswa membaca tiba-tiba kevin mengacungkan tangannya dan bertanya “kenapa lele ada di kolam berenang dan bentuknya seperti orang?”. Tiba-tiba kelas menjadi ramai dengan suara tawa teman-temannya sambil melihat lekat soal no.10. Saya heran belum faham dengan apa situasi yang terjadi, saya pun mengamati gambar no.10 dan ternyata dalam gambar no.10 tersebut ada perenang laki-laki yang hanya terlihat tangan kanannya terapung di dalam air sementara badannya berada di bawah air, jadi terlihat seperti seekor lele besar yang berenang dalam pandangan Kevin dan juga teman-temannya dan sumber tertawa mereka adalah keadaan lele yang biasa di kolam ikan berubah menjadi kolam berenang yang biru dan jenih.  Begitulah respons dari setiap anak sungguh beragam dan berbeda. Kevin menunjukan kepekaannya pada gambar karena kevin memang tipe visual kemudian penghayatannya pada cerita membuat kevin melontarkan pertanyaan konfirmasi dan membuat kelas menjadi lebih ramai dan santai.

Pada akhirnya mereka berhasil menjawab soal no.10 dengan baik. Mungkin kisah lele di kolam berenang hanya ada dalam imajinasi kami saat mengerjakan soal matematika no.10 namun semoga mereka tidak lupa rumus mencari luas itu adalah panjang dikali lebar terlepas itu kolam lele, kolam berenang, atau kolam-kolam yang lain.

Terima kasih Kevin dan MI5, semoga belajar memang semenyenangkan itu.
Dari guru pemantapan Matematika

Kontributor : Bu Tria Pratiwi

Kunjungan Pertama Kami ke Perpustakaan Cordoba

Untuk pertama kalinya teman-teman MI 1 Suku Gayo berkunjung ke perpustakaan cordoba sekolah alam gaharu. Ketika pintu Perpus dibuka, teman-teman begitu terkejut. dengan serentak semua bilang "waw..." Sambil melihat sekeliling yang dipenuhi buku-buku.

Tak lama kemudian, teman-teman pun berhamburan mencari buku yang membuat mereka penasaran.Tiba-tiba fatih mendatangiku seraya memegang sebuah buku "Muhammad Al-fatih #3"

"Bu yuni kenapa ini ada nama aku di buku ini? " Kata fatih
"Iya fatih jadi Muhammad Al fatih itu adalah orang yang berhasil membuat kota Konstantinopel menjadi kota muslim. Muhammad Al fatih juga menjadikan gereja terbagus disana menjadi mesjid. Namanya hagia shofia" Jelas ku
"Mesjid apa bu yuni?" Tanya zahran
"Hagia shofia"
"Itu mesjidnya dimana?"
"Di Turki zahran.."

Fatih pun membawa kembali bukunya dan mulai membuka-buka buku tersebut. Setelah sekian lama fatih menyimpan kembali buku tersebut. Namun ternyata masih ada yang penasaran dengan kisahnya Muhammad alfatih tersebut. 

"Bu yuni aku mau baca buku yang tadi dibaca fatih. Dimana yaa? " Kata zahran menghampiri ku
"Ini?" Kataku seraya memberikan buku yang dimaksud zahran. 

"Iya" Kata zahran sambil mengambil buku tersebut. 
Zahran mulai membuka-buka buku tersebut. Sampai waktu berkunjung ke perpus selesai.
*
Seperti yang kita ketahui minat baca setiap anak tentu berbeda-beda. Tapi kita sama-sama mencoba memaksimalkan minat baca setiap anak. Semoga dengan adanya anak yang suka membaca mempengaruhi teman-teman yang lain untuk mulai suka membaca.
​
Kontributor : Bu Siti Wahyuni

Pembelajaran Bermakna: Halal dan Thayyib Food


​Jadi setelah kemarin belajar makanan halal dan thoyyib terus lanjut cooking class, tertampar sekali ternyata apa-apa yang masuk ke dalam tubuh itu harus kita pertanggung jawabkan. Begitu sempurnanya Islam mengurus segala sesuatu, termasuk dalam hal makanan, Islam memberikan syarat bahwa makanan dalam Islam itu haruslah memenuhi dua syarat yaitu halal dan thoyyib. Seperti yang terdapat dalam (QS. Al-Baqarah: 168). "Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi."

Islam sebagai agama yang sempurna telah memberikan pedoman bagi umat manusia dalam berbagai sendi kehidupan.
Mengetahui makanan halal dan thoyyib adalah mengetahui mana makanan yang boleh dimakan dan makanan yang tidak boleh dimakan.

Saat itu, teman-teman kecil sudah bersiap untuk snack time. Tiba-tiba seorang siswa bercerita.
"Bu guru, aku makan mie nya sebulan dua kali"
Saya pun menimpalinya, "Oh iya? Memangnya kapan saja? "
"Kata bunda, aku mah makan mienya tanggal 6 sama 24".

Ada rasa syukur yang menyertai saat itu. Alhamdulillah, indah sekali ketika apa-apa yang kita berikan kepada siswa bisa sejalan dengan orang tua di rumah. Kemudian saat itu juga saya ceritakan bahwa di dalam mie ada beberapa bahan yang mengandung pengawet dan perisa. Pengawet dan perisa ini bisa mengakibatkan berbagai masalah dalam tubuh, itulah mengapa kita tidak boleh sering-sering makan mie. Tidak hanya mie, pengawet dan perisa juga didapat di berbagai makanan lain.

Sebenarnya penggunaan bahan pengawet dan perisa ini sudah mendapatkan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), tetapi penggunaannya haruslah sesuai dengan dosis yang tepat. Permasalahan ini mungkin saja tidak begitu krusial jika dibandingkan dengan masalah-masalah lain yang biasa kita soroti di sekolah, bahkan kita cenderung abai karena yakin insyaAllah makanan yang dibawa teman-teman kecil sudah memenuhi standar dan sehat. Padahal jika kita lebih apik lagi, namanya anak-anak senang sekali dengan makanan kemasan yang instan apalagi jika packagingnya lucu. Atau pada kasus lain yang biasanya teman-teman kecil membawa snack dengan menu yang sama, mending kalau menu itu adalah menu sehat. Lagi-lagi yang dibawa adalah nugget, sosis, dsb. Mungkin sudah seharusnya kita lebih aware terhadap apa-apa yang masuk ke dalam tubuh, karena ternyata bukan hanya mengenai “kenyang dan sehat” saja, lebih dari itu ada hal-hal yang harus kita pertanggung jawabkan dihadapan Allah kelak.

Mengenai makan halal dan thoyyib, di Indonesia memang sudah terbantu dengan adanya label halal dari MUI, tapi untuk urusan thoyyib kita harus memilih dan selektif lagi apakah makanan ini baik untuk kesehatan, apakah makanan ini tidak akan menimbulkan sesuatu pada tubuh kita, Dan kembali lagi, apakah makanan ini akan mendapatkan keberkahan di sisi Alloh.
Kontributor: Bu Mia Auliah

Copyright © 2020 Sekolah Alam Gaharu.
Jl. T. Endung Suria I Baleendah, Kabupaten Bandung. +62 22 85938275